MALAMKU
hujan mulai tipis menjatuhkan diri kebumi
bolehlah aku beranjak nikmati malamku
kalaupun yang ada hanya sepi
tapi ragamu yang fatamorgana dimataku
akan menemaniku sa'at sendiri
genangan airpun menjelma menjadi cermin
meraba tubuhku diatas batu
aku menjadi hitam seperti malam
karena bulan masih enggan melangkah
kuciptakan mimpi dalam sadarku
ia kan datang bersama dewi malam
dan hadirnya hanya untukku
untuk nikmati bulan sehabis hujan
sajak sajak ditubuhmu
kubaca pada detik detik malam terpanjang
ketika tanganmu belum sempat memetik cinta
ketika hatimu hanya berisi kasih sayang ayah dan bunda
sebulir cahayamu jatuh dimata
membasuhi lapisan hati dan jiwaku
darah darahpun memuja mengagumi keindahanmu
yang masih dalam kesucian jiwa
hujan mulai tipis menjatuhkan diri kebumi
bolehlah aku beranjak nikmati malamku
kalaupun yang ada hanya sepi
tapi ragamu yang fatamorgana dimataku
akan menemaniku sa'at sendiri
genangan airpun menjelma menjadi cermin
meraba tubuhku diatas batu
aku menjadi hitam seperti malam
karena bulan masih enggan melangkah
kuciptakan mimpi dalam sadarku
ia kan datang bersama dewi malam
dan hadirnya hanya untukku
untuk nikmati bulan sehabis hujan
membacamu
kubaca pada detik detik malam terpanjang
ketika tanganmu belum sempat memetik cinta
ketika hatimu hanya berisi kasih sayang ayah dan bunda
sebulir cahayamu jatuh dimata
membasuhi lapisan hati dan jiwaku
darah darahpun memuja mengagumi keindahanmu
yang masih dalam kesucian jiwa
empat belas hari
digerbang nasib tak pernah kulihat bayangan sendiri
waktu berlalu,hari terus berganti
penantian tak pernah ada dalam hati
pada angin kukirimkan salam
pada waktu kukirimkan puisi
aku tak bisa melakukan itu dengan sendiri
karena dia takpernah terekamdimataku
14 hari
bayangnya tak pernah kudapati
rindu membebat hari hariku
rasanya,entah dimana aku
kenangan lama
diruang angkasa awan bertabut
sebab malam sudah larut
sedang dirimu lelap dibawah selimut
terbayang wajahmu kala berseri
dalam bayangan rupamu melambai
tinggalah aku sunyi sendiri
rindu hening terlalu kejam membelai
senyummu
mengukir kebahagia'an dihatiku
persis dihari yang lalu
nafasku membawamu masuk dalam diriku
kemudian larut dalam hati
dan menjadi air mata
maknailah aku
kaupun simpan aku dikehangatan sisimu
kita bicara tentang batas senja dan malam
yang telah kita lewati tanpa bicara
kau hanya diam
memberi sejuta makna pada tatapan matamu
kau ciptakan keindahan disetiap perjumpa'an
menabur kenangan disetiap perpisahan
maknailah aku sa'at disisimu
sa'at kau terima aku disisimu
sa'at kau tiada
sebelum malam membawamu pergi
dibawah garis-garis sinar rembulan
rasa itu menetes dari wajahmu
maka kusemat rasa rindu padamu
dibalik dinding mataku
bayangmu hilang tiada bertepi
sa'at kau tiada terekam oleh mataku
tiada hari yang tersenyum bagiku
tiada waktu yang bicara
tiadalah sandaran aku tuk tertawa
kau dalam puisi
memaknai hidupmu serupasastra
garis demi garis pena menelusuri kertas buta
dan meninggalkan jejak yang merilis kata kata
helai demi helai asap rokok menyisakan abu
menjadi teman dalam titian penaku
biarlah waktu melantunkan rindu
berpuitis dihati yang sendu
ibu
serpihan kasihmu bertabur kesuma wangi surga
menjuntai dijiwaku
serupa semilir bayu nirwana dalam cerita
kuhirup wangi dan sejuk kasihmu
dengan kedamaian arti hidup bersamamu
ibu
kasihmu tida terbatas
luas menembus batas batas langit tujuh rupa
mengisi segala kehampa'an yang ada
melingsirkan semua penjuru penjuru dunia
ibu
begitu besarnya kasihmu
semua kau tampung kedalam jiwa dan ragaku
padahal tiada kepastian aku kan berbakti kepadamu
surga ada di bawah telapak kakimu
maka aku berbakti padamu
ridhoilah aku
agar tuhan meridoiku
tabir kenangan
menyingkap tirai kalbu
yang menyimpan berjuta kenangan
diantara batas senja dan malam
dari batas itulah aku mengenalmu
kita beradu pandang
yang menciptakan senyum diantara kita
saling bicara tukar cerita
memaksa untuk saling tertawa
hiruplah nafasku agar kau mengerti
stiap kali kau tersenyum untukku
menciptakan kesejukan embun kasih dibatinku
tabir ini hanya untuk kita
jangan kau buka untuk mereka
beri aku satu malam saja
pertemuanpun tak selalu berjumpa
teriring tetesan airmata
membelai sebuah kerinduan
cukup beri aku satu malam saja
tak sekejap kau bisa tahu
aku hadir sa'at kau lelep
yang merasuk dan menelusuri jiwaku
bulan dan bintang
memandang bulan dengan beribu bintang
kucampakan hayalan demi hayalan yang datang
biarkan lamunan dalam angan menggenang
pekat malam semakin panjang
semakin indah permainan bulan dan bintang
andai saja aku yang menjadi bintang
siapa yang menjadi rembulan disana
kubayang bayang gadis elok rupawan
bertiara intan duduk bercumbu asmara
sambil tersenyum memupuk cinta
ditas mahligai dirgantara sana
berawal dari senja
temaramnya hari kian menghitam
merekapun'mulai meniadakan diri dari ruang ini
mengosongkan sisi sisiku
tiada tatapan ataupun ucapan
semua hanyut terkubur malam
malam itu hanya aku yang ada
diantara kekosongan dan kehampa'an yang sepah
meski malam waktu itu
membawakan bulan diatas ubun-ubunku
namun tetap saja
aku menjadi yang terasing
disisiku kini hanya ada waktu
ia tak bicara ataupun tertawa
sesekali ia menatapku
ia mencoba membuka pintu masa laluku
by sulkhan khoiri
(putaw)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar