Sabtu, 23 Juni 2012

puisi

         MALAMKU
hujan mulai tipis menjatuhkan diri kebumi
bolehlah aku beranjak nikmati malamku

kalaupun yang ada hanya sepi

 tapi ragamu yang fatamorgana dimataku
akan menemaniku sa'at sendiri


genangan airpun menjelma menjadi cermin

meraba tubuhku diatas batu

aku menjadi hitam seperti malam

karena bulan masih enggan melangkah


kuciptakan mimpi dalam sadarku

ia kan datang bersama dewi malam

dan hadirnya hanya untukku

untuk nikmati bulan sehabis hujan


                 membacamu

sajak sajak ditubuhmu
kubaca pada detik detik malam terpanjang

ketika tanganmu belum sempat memetik cinta

ketika hatimu hanya berisi kasih sayang ayah dan bunda


sebulir cahayamu jatuh dimata

membasuhi lapisan hati dan jiwaku

darah darahpun memuja mengagumi keindahanmu

yang masih dalam kesucian jiwa 

           empat belas hari

dalam kamar menghitung hari
digerbang nasib tak pernah kulihat bayangan sendiri

waktu berlalu,hari terus berganti

penantian tak pernah ada dalam hati


pada angin kukirimkan salam

pada waktu kukirimkan puisi

aku tak bisa melakukan itu dengan sendiri

karena dia takpernah terekamdimataku


14 hari

bayangnya tak pernah kudapati

rindu membebat hari hariku

rasanya,entah dimana aku

                kenangan lama

angin berhembus lemah lembut
diruang angkasa awan bertabut

sebab malam sudah larut

sedang dirimu lelap dibawah selimut


terbayang wajahmu kala berseri

dalam bayangan rupamu melambai

tinggalah aku sunyi sendiri 

rindu hening terlalu kejam membelai

                   senyummu

senyummu
mengukir kebahagia'an dihatiku

persis dihari yang lalu

nafasku membawamu masuk dalam diriku

kemudian larut dalam hati

dan menjadi air mata

              maknailah aku

bulan bintang menggores canda diantara kita
kaupun simpan aku dikehangatan sisimu


kita bicara tentang batas senja dan malam

yang telah kita lewati tanpa bicara

kau hanya diam

memberi sejuta makna pada tatapan matamu


kau ciptakan keindahan disetiap perjumpa'an

menabur kenangan disetiap perpisahan

maknailah aku sa'at disisimu

sa'at kau terima aku disisimu

           sa'at kau tiada

aku datang lewat senja
sebelum malam membawamu pergi

dibawah garis-garis sinar rembulan

rasa itu menetes dari wajahmu

maka kusemat rasa rindu padamu


dibalik dinding mataku

bayangmu hilang tiada bertepi


sa'at kau tiada terekam oleh mataku

tiada hari yang tersenyum bagiku

tiada waktu yang bicara

tiadalah sandaran aku tuk tertawa

          kau dalam puisi

ku'urai tubuhmu lewat pena
memaknai hidupmu serupasastra


garis demi garis pena menelusuri kertas buta

dan meninggalkan jejak yang merilis kata kata



helai demi helai asap rokok menyisakan abu

menjadi teman dalam titian penaku

biarlah waktu melantunkan rindu

berpuitis dihati yang sendu

                   ibu

ibu
serpihan kasihmu bertabur kesuma wangi surga

menjuntai dijiwaku  

serupa semilir bayu nirwana dalam cerita


kuhirup wangi dan sejuk kasihmu

dengan kedamaian arti hidup bersamamu


ibu

kasihmu tida terbatas

luas menembus batas batas langit tujuh rupa

mengisi segala kehampa'an yang ada

melingsirkan semua penjuru penjuru dunia


ibu

begitu besarnya kasihmu

semua kau tampung kedalam jiwa dan ragaku

padahal tiada kepastian aku kan berbakti kepadamu



surga ada di bawah telapak kakimu

maka aku berbakti padamu

ridhoilah aku

agar tuhan meridoiku

         tabir kenangan

kau membuka tabir merah senja bagiku
menyingkap tirai kalbu

yang menyimpan berjuta kenangan

diantara batas senja dan malam


dari batas itulah aku mengenalmu

kita beradu pandang

yang menciptakan senyum diantara kita


saling bicara tukar cerita

memaksa untuk saling tertawa


hiruplah nafasku agar kau mengerti

stiap kali kau tersenyum untukku

menciptakan kesejukan embun kasih dibatinku


tabir ini hanya untuk kita

jangan kau buka untuk mereka 

       beri aku satu malam saja

pada kenyata'an tak pernah ada
pertemuanpun tak selalu berjumpa

teriring tetesan airmata

membelai sebuah kerinduan


cukup beri aku satu malam saja

tak sekejap kau bisa tahu

aku hadir sa'at kau lelep

yang merasuk dan menelusuri jiwaku

         bulan dan bintang

tiada terpejam mataku terus terbuka
memandang bulan dengan beribu bintang


kucampakan hayalan demi hayalan yang datang

biarkan lamunan dalam angan menggenang


pekat malam semakin panjang

semakin indah permainan bulan dan bintang


andai saja aku yang menjadi bintang

siapa yang menjadi rembulan disana


kubayang bayang gadis elok rupawan

bertiara intan duduk bercumbu asmara

sambil tersenyum memupuk cinta

ditas mahligai dirgantara sana 

          berawal dari senja

senja berlahan menjelma
temaramnya hari kian menghitam

merekapun'mulai meniadakan diri dari ruang ini

mengosongkan sisi sisiku


tiada tatapan ataupun ucapan

semua hanyut terkubur malam

malam itu hanya aku yang ada

diantara kekosongan dan kehampa'an yang sepah


meski malam waktu itu

membawakan bulan diatas ubun-ubunku

namun tetap saja

aku menjadi yang terasing


disisiku kini hanya ada waktu

ia tak bicara ataupun tertawa

sesekali ia menatapku

ia mencoba membuka pintu masa laluku




                   by sulkhan khoiri
                        (putaw) 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar